Meski rintik hujan mewarnai pagi, tetapi kamu tetaplah kamu. Dena yang tegar dan penuh integritas untuk menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab sebagai karyawan swasta. Bukan masalah jika hanya gerimis yang datang bahkan badai pun kau terjang atas nama ambisi, itu karena kamu adalah perempuan muda yang memiliki rambut panjang berombak dengan poni lempar yang terkesan membuat wajah oval mu Nampak
kekanakan. Kau terlihat penuh vitalitas ketika kemeja putih berbahan satin
berlengan pendek berpadu bersama jeans hitam yang
beberapa hari lalu kau beli, demi memuaskan hasrat shopaholic
yang memang telah
lama kau jinakan tuk sementara. Kakak laki-laki mu sudah menunggu diatas tunggangannya sejak lima menit lalu, ia mulai tak sabar dan menyebutkan sebuah nama panggilan unik yang sering digunakannya memanggil mu.
“uyut, buruan!
Entar gue telat nih.
“iya, bang.
Ini udahan kok! Seru mu menyahut dengan penuh penekanan manja,
sambil bergerak menghampirinya didepan halaman rumah.
Matahari malu-malu mengintip dari balik
mega mendung saat kau turun dari tumpangan kendaraan roda dua kakak mu. Kamu berjalan perlahan menyusuri padatnya pasar
modern yang terletak dipinggiran Jakarta. Kedua belah sinar mata mu
memancarkan pesona, namun sendu. Tiga titik hitam kecil yang seakan terlihat bagai jejak
kaki beruang tertoreh memikat dipelipis sebelah kiri. Kemampuan otodidak dalam merias diri cukup membantu pekerjaan
mu sebagai salah seorang beauty advisor kosmetika
yang memang menuntut hal itu. Jejeran etalase sudah menanti, mata mu nyalang amati los
semi permanen yang berada disebelah tangga.
Seorang perempuan muda menyapa sambil tersenyum masam pada mu,
“tumben lo
telat, mbak!?
“abang gue dandannya kelamaan,
ta! Balas mu datar dengan nada menyenangkan. gembok yang
berhiaskan rantai kau lepaskan dari bagian etalase yang
terbuat dari kaca menggunakan kunci yang memang biasa kau pegang.
Kamu terkaget ketika tepukan kecil mendarat dibahu mu, diikuti suara tenor yang
rada serak milik seorang lelaki berucap seenaknya,
“darimana aja
de!? Jam segini baru buka toko? Habis keramas!?
“ehmm..itu ban
motor abang saya tadi bocor pak. Jawab mu dengan terbata berusaha berkelit.
“ya,
asal jangan sering aja bocornya! tukas si lelaki pemilik toko secara ketus.
“nanti langsung aja ditata barang-barangnya. Yang udah mau expired taro aja didepan!
Tambah si lelaki berambut pendek tersebut sebelum berlalu.
Matahari merayap naik menelusup dari balik awan
yang kehitaman, siang hari dimusim penghujan memang tak seterik ketika kemarau menjelang. tetapi hangat
yang terasa singkat dari cahayanya cukup untuk sekedar mengeringkan aspal yang basah.
Saat itu kamu masih bergelung dengan pekerjaan mu yang sepertinya santai. Rasa
lapar mulai mencapai puncak namun harus kau tahan lantaran jam istirahat dilakukan secara bergantian.
Susu putih kental buatan ibu yang
kau jadikan asupan bergizi untuk sarapan mulai terserap habis, guna terbakar menjadi
energy. Ada sedikit kerutan didahi mu
ketika jemari lentik menekan beberapa tombol pada kalkulator. Omset hari ini baru sampai satu juta
rupiah, kurang satu setengah juta lagi demi target penjualan harian.
Senin dipertengahan bulan selalu menjadi hari yang
membosankan sekaligus menjengkelkan bagimu. Bagaimana tidak,
toko jarang pengunjung otomatis banyak waktu luang yang
terbuang percuma dan puncaknya pendapatan pun harus menurun karenanya. Selanjutnya kau menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum tipis
yang
agak terlihat pahit. Sementara itu perempuan berambut agak pirang dengan gincu merah terang berjalan lambat,
memasuki toko. Pandangan mu pun teralihkan padanya saat ia berujar lembut pada mu,
“istirahat, de!?
“iya, mbak.
Tadi kan emang nunggunin lo dulu. Balas mu dengan nada
menyenangkan.Setelahnya kau beranjak keluar toko untuk mengisi perut yang sudah terasa
lapar. Pemangkasan
keroncongan membuat lambung mu merasa tenang. Kamu kembali ke stand toko dengan
mood yang lumayan senang. Senyuman nyinyir berkembang dari bibir penuh mu
ketika celotehan seorang pemuda penjaga toko tetangga menyapa menggoda.
"Pipinya
tambah chubby, de. Kalo abis makan!
"Emh..
biasa aja ah. Pungkas mu yang nyatanya agak tersipu.
Siang mulai
merangkak, dua jam melompati tengah hari. Kegundahan lantaran omset belum juga
tercapai kembali menggangu rasa aman. Namun saat tiga perempuan berusia matang
berkostum cokelat dinas harian sipil, menyambangi toko. Asa pun kembali terbuka
lebar. Kau layani mereka layaknya putri raja, senyum tipis kau selipkan
sesekali dikala rewelnya mulut mereka mendebat kisaran harga yang kau tawarkan.
Strategi mereka kurang menandingi kelihaian mu dalam mempertahankan bandrol
eyeshadows yang biasanya memang tak bisa ditawar. Begitu pula teman satu
profesi mu yang banyak membantu dengan beberapa argumen mumpuni, khas Spg
kawakan. Setelah mereka pergi beberapa lembar rupiah pun ikut masuk kedalam
pendapatan harian. Walau tidak banyak tetapi hal itu cukup sekedar menghilangkan
gundah lantaran omset yang akhir-akhir ini menurun. Kamu pantas merasa
beruntung karena kemarin revisi tugas akhir mu telah disetujui oleh dosen
penguji, dan menjadikan hari ini lebih terasa indah. Sementara langit pun
berubah damai membawa cahaya temaram sore hari. sebuah pesan singkat masuk saat
ponsel pintar milik mu bergetar perlahan. Sms yang masuk rupanya dari seorang
pria muda, ya seorang pria muda yang hampir dua tahun belakangan ini mewarnai
hari-hari mu. Wajah mu yang tengah tatapi layar ponsel seketika berubah kikuk,
otot diatas bibir mu pun ikut mengenjang sesaat. Ciptakan ambigu yang
membingungkan pikiran mu sendiri. Kau mulai mengetik beberapa kalimat, lalu
buru-buru menghapusnya kembali. Untuk beberapa detik kau melamun, dan selanjutnya
mengetik lagi guna membalas pesan tersebut. Tanpa kau sadari pikiran mu
dipenuhi selubung problematika cinta yang sepertinya biasa, kini merenggut
fokus mu dengan segera. Kau coba tekan geliat itu kuat -kuat atas nama
profesionalitas. Namun jadi percuma sebab pikiran serta emosi tetap bercabang.
Sosok pria muda
berjaket jeans belel yang dirangkap dengan hoody hitam pada bagian dalam
melangkah pasti, walau agak terlihat perlahan. Wajahnya siratkan satu makna
dalam yang terasa miris tanpa adanya senyuman tipis sedikitpun. Wajah itu lah
yang kemudian tatapi dirimu secara kilat dalam hitungan detik, saat ia melewati
depan toko. Meski sempat terperangah tapi kau sadari jika jalan yang sekarang
tengah kau ambil menjanjikan sesuatu yang lebih. Walau rasa untuk si pria muda
bermuka tirus itu tetap membekas tinggalkan cerita.
"Itu
bukannya si satya, de? Sela perempuan berambut agak pirang buyarkan imaji.
"Ya, mbak.
Balas mu pendek. seakan menghindari pertanyaan lebih jauh kau lantas
mengalihkan laju pembicaraan.
"Si gita
belom balik mbak dari musholla? Tumben lama amat.
"Palingan
ketemu bokin nya di agen beras. Timpal rekan satu profesi mu coba menduga
ajukan pendapat. Setelahnya kau tutup notes panjang tempat dimana log penjualan
toko tertulis disana. Berbagai macam perlengkapan yang masih tak berada pada
tempatnya kau rapihkan, ini wajar karena jam pulang akan segera datang. Tiap
gerakan mu menandakan kekacauan pikiran yang sengaja kau tahan, hadirkan
bermacam ilusi yang berputar dalam tempurung kepala. Benar bila pria muda
tersebut yang mengirim pesan singkat pada mu baruasan. Benar bila kau pernah
sangat merindunya, benar bila ia pernah sangat berarti, benar bila ia pernah
jadi andalan, dan benar pula adanya bila kau terpatri dalam palung jiwanya.
Namun semu adanya ketika kau memilih arah lain demi agenda hidup mu. Semua coba
kau lawan sebisa mungkin meski rasa ke akuan mu buyarkan logika.
Kumandang azan
maghrib menggema sayup-sayup diudara bersama hingar kegiatan manusia yang
menyedot perhatian penuh dari sang pencipta. Dengan tak bergairah kau gembok
etalase kaca. Terakhir kedua mata mu menyapu tiap inci toko, saat kau rasa
cukup barulah kau melangkah keluar untuk menuju rumah, setelah seharian
bergelut bersama waktu. Di sekitaran area pasar suasana nampak masih ramai.
Deru kendaraan bermotor disertai sesekali bunyi klakson menyatu dengan hiruknya
jam pulang kantor. Gerak mu hati-hati ketika menyebrangi jalan raya yang
mengarah ke ibukota bagian timur. seakan tujuan mu dapat dipastikan bila ingin
menunggu kendaraan umum diarah sebaliknya. Kau berjalan landai dihamparan
trotoar setelah berhasil menyebrang. Bias sendu wajah mu beritakan jiwa mu yang
diselimuti kemelut. Ada sedikit rembasan keringat didahimu yang terhias poni
menyamping yang berpadu rambut panjang berombak. Seketika kau menghentikan
sejenak langkahan kaki, saat angkutan kota berwarna biru berhenti didepan mu.
Kemudian dengan satu gerakan pelan kau pun naik ke dalam lalu menempati bagian
yang kosong. Empat roda melaju kembali, seiring dengan itu harap mu terlontar
dalam hati semoga apa yang kau alami kini dapat segera berlalu dan selasa pun
lebih cerah dari hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang bijak selalu meninggalkan jejak dengan berkomentar.
REGARDS