Ketika pertama kali ku lihat buku
tersebut, aku tak sedikitpun menyadari apa yang ada di dalamnya.
Karena Buku bercover garfield bercorak
kuning tersebut hanya memberikan satu keterangan pada covernya yaitu sebuah
kata singkat yang bertuliskan “ diary “.
Sampai setelah kubuka lembar demi
lembar halaman pada diary berulah ku
menyadari ,ini waktu yang tepat untuk
menelisik apa yang terjadi pada sang pemilik. Yang tak lain adalah tante ku
sendiri
Asa
yang tak bertepi itu adalah sebuah kebodohan (diah acs).
Sesaat tak ada yang berarti dari
catatan diary itu mungkin untuk sebagian orang namun tidak bagiku, hal yang
aneh terasa ketika aku baru saja membuka halaman pertama penuh dengan pengharapan tentang hidup yang
tak dapat ku pahami di dalamnya. Sekilas bila ku lihat rona wajah si pemilik
diary pikiran ku pun terhanyut oleh deraan misteri pada binar-binar wajahnya,
sunyi serta nampak mendung tetapi tak padam.
Perempuan yang telah menginjak usia ke
empat puluhnya ini, seakan ingin berbicara banyak namun tetap, Ia lebih memilih
untuk berbicara kepada otaknya seorang. terkadang duduk di atas sofa kediaman
nenek ku, terkadang juga ia terlihat sibuk mengkomat kamitkan mulutnya. mungkin
yang terucap dari tiap bait ceracau nya itu tak terlalu berarti terlalu sering bibirnya
mengucapkan sebuah nama, ataupun kalimat-kalimat kebencian terhadap orang-orang yang ia tujukan.
Orang-orang itu berasal dari dalam keluarga ini maupun orang lain yang
berhububungan dengan dirinya, Di masa lalu.
Sepintas tak banyak yang memperhatikan
itu semua tetapi rasa ingin tahu ini, terlalu agresif tak dapat ku tahan
sehingga aku pun berpikir bahwa, hal ini mampunyai suatu arti yang tak
terkendali banyak penjabaran tuk menguraikan nya.
Asa
yang tak bertepi,
Mungkinkah
ku capai,
Why,
entahlah just for you 14 mei 1989 .
Aku
tak tahu, biarlah waktu yang berbicara. ( Diah dinna. Des 84 )
setiap langkah semakin mendekatkan ku
ke dalam permasalahan yang ada dalam diary itu, apa dan kenapa masalah yang
menimpa adik kandung dari ibunda ku membuat dirinya menjadi seperti sekarang.
Perlahan tapi pasti ku layangkan pandangan ini ke arah halaman selanjutnya,
Agar semakin jelas akar permasalahan sebenarnya. Berkali – kali ku lihat diri
nya mondar – mandir di satu tempat dengan pandangan kosong, tak ada yang
berbeda dari diri tante ku itu. Dengan orang lain kebanyakan iya, meski
keadaanya sama bukan berarti tak memiliki perbedaan dia cenderung bersifat,
khayalan ketika di ajak berbicara seakan dirinya ingin mempermainkan semua
orang yang berusaha berkomunikasi dengan dirinya.
Dari sikap nya yang ku lihat perempuan
tersebut, mencoba mencari perhatian orang sekitar. saat di ajak bicara pun dia
masih bisa berinteraksi dengan cukup baik walau dapat berubah sedetik kemudian
dengan cara bergumam dengan kata – kata yang tidak jelas. Sebelum akhirnya
ngeloyor pergi begitu saja.
Mau
pulang lagi ke depok,
Sebel
tetap di rumah mama konslet bingung, bingung 1000 kali.
Diary,
tolong dong bantu aku cari jalan keluar , sebel, bingung, pusing, mumet, bin
Benci,
bin semuanya. Pusing, bingung, mumet. ( 3 feb 89 Diah ).
Ternyata semua unek – unek di dalam
dadanya ia curahkan lewat diary berwarna kuning terang, yang nampak lusuh di
telan waktu. Hal ini juga semakin membuat rasa penasaran ku bertambah besar
lalu dengan serta merta jari – jari ini membalik lembaran demi lembaran,
tersebut, Dengan sangat antusias.
3
feb ‘ 89
Diary
chayank , rasanya hati gue ini ngga enak gitu. Dari pagi waktu di kantor sampai
gue di rumah mama. Perasaan gue hampa seakan – akan ngga ada gairah gitu !
Gue
cuex aja pulang ke rumah mama gak ijin sama kaka di depok, gue sebel amat
disana. Seperti nya gue apa gitu memang nya gue anak kecil norak banget tuch
kaka gue ( eh jelek – jelek juga kaka
gue sendiri lho, biarin deh. Gue gak betah disana sepi bin sunyi apaan lagi
dech, terserah lo cing.
Ku seruput kopi susu yang tinggal
setengahnya, sebelum kembali menelusuri diary kepunyaan tante ku lebih jauh.
Setelah beberapa saat mencoba merenggangkan sendi – sendi pada tubuh ini,
barulah ku lanjutkan menyimak bacaan yang tadi sempat tertunda.
Diary,
di kantor juga begitu cing gue kan di pindahin ke line produksi pertama – tama
sich. Canggung tapi akhirnya akrab juga di line prod. Sebenarnya lebih enak, di hot stamp anak –
anak nya lebih akrab tapi memang kalau sudah di atur. Begitu, yach mau apa
diary!
Berawal dari sebuah kejenuhan dan hobi
membaca, yang tertanam dari kecil. Diary itu pun membuat satu ajakan kepada
diri ku untuk, mengupas apapun yang ada di dalamnya.
Diary,
di line prod. Enak juga gue ketemu sama baskom orangnya kocak banget cocok dech
sama gue. Tuch anak enak buat di ajak bergaul gue sih biasa – biasa ajah (
Lihat aja tanggal main , cing! )
Aku pun juga sempat berbicara kepada,
pemilik diary tapi pertanyaan – pertanyaan ku tentang apa yang tertulis di
dalam diary tersebut, Tak mendapat gubrisan apa pun dari nya. Mungkin bila
keadaannya tak seperti sekarang, aku dapat menayakan semua hal tentang diary
ini kepadanya, iya mungkin saja.
Diary,
tahu gak dimana – mana ada bigos ( eh, lho tahu gak artinya bigos = biang gosip
) masa gue di gosipin sama ??? mentang – mentang gue akrab sama dia orang (
kuno yach. Cing ! ) gue sich sama siapa ajah akrab sama , Mg, Teguh, Satria,
DLL. Memang dari sana gue seneng main sama cowok yach udah gue di sangka yang engga
– engga. ( terserah ajah deh cing )
Ku coba berbagai macam cara tuk
merampungkan, dahaga akan sebuah cerita di dalam diary ini. Dari mulai
menanyakan perihal tersebut ke mama, ataupaun tante – tante ku yang lain .
namun hasilnya kurang memuaskan aku ingin yang lebih dari sekedar memuaskan,
jadi aku pun sedikit lebih mengalah dengan memperlambat laju pena ini. Untuk
berusaha memikirkan cara yang ku pakai untuk menguak misteri dalam diri tante
ku selanjutnya.
Aku pun masih ingat ketika beberapa
tahun yang lalu, tante ku itu di bawa oleh keluarganya ke psikiater. Setelah
sempat tiga kali pertemuan tak ada perubahan yang terjadi, padanya apa yang ku
pikirkan bisa jadi hanya dapat di pahami
oleh diri ku sendiri. Karena untuk sebagian orang apa yang kulakukan, hanyalah
pekerjaan iseng semata. Mencoba megorek masa lalu orang lain yang nota bene
kesehatan mental nya terganggu. Tetapi ku rasa para ahli filsafat ada di pihak
ku saat ini dengan mengatakan ‘’ Rasa
Ingin Tahu Yang Besar Adalah, Cikal Bakal Dari Seorang Filosof Yang Baik ‘’.
Diary
di rumah mama juga keadaannya lagi ngga enak, gue pulang jam 7.30 di rumah ada
Dede, Ismy terus Essie belum pulang kerja. suasana di sana cuek banget sama gue
gue sich cuek ajah lagi, langsung ajah gue masuk kamar. Sebenarnya gue nyesel
juga pulang emang persoalannya belum jelas, mama pasti nyalahin gue diary.mama
gak tahu perasaan gue kenapa, ada apa, terserahlah, aduh diary rasanya kepala
ini boring banget. Udah di kantor di rumah lagi, huh. Dede gak ngerti maksud
gue begitu juga mama, gue udah jelasin tapi ngga ngerti–ngerti juga gue di
aggapnya paung, dan kurang ajar lah.
Hari-hari sepertinya semakin sulit dan
berat di jalani oleh tante Diah, banyak problema yang harus di hadapi. Seperti
apa yang terpampang jelas pada tiap baris, di halaman diary yang berada dalam
genggaman ku saat ini. Lantunan lagu ‘’Just Another Days On Paradise’’
dari Phil collins terus menyemangati
ku, untuk tetap menggerakan tangan ini.
24
Maret 89 / 11.50
Diary
chayank rasanya lama yah kita ngga ketemu, udah kangen bin rindu sorry gue
lupain kamu soalnya akhir-akhir ini gue lagi sibuk ajah. Gue udah betah di line
productions II, enak di sana diary apalagi sekarang gue udah banyak akrab sama
Sonic, Budi, Agus, pokeke anak-anaknya baik punya deh. Cuma yah itu diary biasa
masih ada biang gosip, tapi sekarang gue di gosipin sama Budi. Ya amplop dasar
tuh anak-anak ngga boleh orang akrab dikit yah, udah deh gosip merajalela.
Perasaan gue sama Budi biasa-biasa ajah, ngga istimewa sama seperti gue sama
Dady. Iya sama yang lainnya deh.
Semakin lama diri ku terlarut dalam
kisah tersebut, tanpa dapat ku mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada masa
itu. Bila ku mencoba menebak-nebak jawabanya, selalu sama yaitu wanita yang
bernama Diah sama sekali tak mengerti apa yang harus dilakukan jika, sedang
tertarik pada lawan jenis padahal sisi keperempuananya sudah meledak-ledak,
untuk mengeluarkan perasaan tersebut kepada yang di maksud. Tahun 1989 kala itu
dan ku rasa masih banyak norma yang di pikirkan untuk menjadi tolak ukur oleh
kebanyakan perempuan dizaman tersebut, untuk mengutarakan perasaan hatinya
kepada lelaki yang mereka sukai. Mereka lebih cenderung menunggu para lelaki,
untuk memulai ataupun memberi sinyal terlebih dulu kepada mereka.
21 tahun berselang arus modernitas pun
juga ikut mengeliat tanpa batasan serta pandang bulu, ini menjadi penilaian
tersendiri jika sekali lagi kita bandingkan dengan masa tersebut. Betapa
hebatnya arus itu, sampai-sampai dunia juga harus mengakui ‘’ Emansipasi ‘’
kaum hawa. Sebagian orang memandang emansipasi wanita itu, sebagai hal yang
positif setidaknya itu menurut mereka yang berpikiran Liberal, dan Demokratis.
kemudian di samping itu masih ada pula yang beranggapan, bahwa emansipasi
wanita adalah sebuah penyimpangan
estetika dari yang seharusnya. Pada hakikatnya Wanita itu mempunyai hak
yang berbeda dengan lelaki jadi banyak
aturan ataupun norma yang harus di pahami, mungkin perkataan tersebut,
terdengar agak norak dan sedikit jadul bila di utarakan pada zaman super modern
seperti sekarang ini. Ya mungkin saja. . . . ?
bicara apa sebenarnya aku ini seperti pakar pemberdayaan perempuan racauan ku barusan atau pemberdayaan lelaki jangan – jangan ah yang benar saja, tak usah di berdayakan juga lelaki sudah berdaya. Aku pun membuang jauh pemikiran tersebut karena fakta yang ada bertolak belakang, eksistensi perempuan di jagat raya sangat lah besar peranannya bahkan dapat melebihi kaum adam sekalipun. bagaimana tidak yang melahirkan kita toh seorang perempuan, mereka jua lah yang di berikan amanah dari sang pencipta untuk memiliki rahim. Jadi siapa pun kita sudah sepatut nya memberikan ‘’respect‘’ yang lebih terhadap mahluk ciptaanya yang satu ini. Aku pun sempat teringat sebuah kutipan yang bisa di bilang adalah favorit ku.
bicara apa sebenarnya aku ini seperti pakar pemberdayaan perempuan racauan ku barusan atau pemberdayaan lelaki jangan – jangan ah yang benar saja, tak usah di berdayakan juga lelaki sudah berdaya. Aku pun membuang jauh pemikiran tersebut karena fakta yang ada bertolak belakang, eksistensi perempuan di jagat raya sangat lah besar peranannya bahkan dapat melebihi kaum adam sekalipun. bagaimana tidak yang melahirkan kita toh seorang perempuan, mereka jua lah yang di berikan amanah dari sang pencipta untuk memiliki rahim. Jadi siapa pun kita sudah sepatut nya memberikan ‘’respect‘’ yang lebih terhadap mahluk ciptaanya yang satu ini. Aku pun sempat teringat sebuah kutipan yang bisa di bilang adalah favorit ku.
Yang bunyi nya,
‘’ Bila tak ada wanita maka uang di
dunia ini tidaklah berarti ‘’ .
Diary,
ada perkembangan baru nih gue sebel bin benci sama itu si baskom. Amit-amit
tuch anak ! cuex banget acuh tapi gak tau deh (hehehe). Sepertinya si baskom
itu bisa di copy orangnya, dewasa gue simpatik sama dia orang (baru simpatik
nih). Dia orang, gimana yah bisa menjaga jarak dan bisa memberi batasan antara,
dia dan gue. Si sonic nyuruh jadiin dia aja si baskom tapi, sorry berat gue sih
gak mau jatuh gengsi gue dong. tapi,
Tapi.
. . gimana yah sorry gue gak tahu lihat aja nanti waktu lah yang berbicara,
cing.
Sorry
berat.
Just
for. . .
24
maret 89’
Diah
Acs
ku mulai lagi dengan menanyakan perihal
ini kepada anggota keluarga mama yang lain, perlahan ku mencari kali ini hasrat
yang menggebu tersebut mulai ku batasi pergerakannya. Tante Diah memberi ku
banyak pelajaran, dalam hidupnya yang tertuang dalam buku diary kuning lusuh
itu.
Seperti manusia kebanyakan ia, butuh
mencurahkan isi hatinya. Namun ku rasa ia belum mendapatkan, orang yang tepat
untuk itu. Selama hidupnya atau mungkin dugaan ku yang salah ?
24
april 89’ minggu malam 8.45 WIB
Diary,chayank
sebulan yah kita ngga ketemu bukan ini berarti sombong diary. (ngga loh Cuma
kamu yang bisa ngertiin persaan gue). Akhir-akhir ini ngga tau deh diary, fisik
juga rasanya mudah banget terserang penyakit. Baru aja seminggu yang lalu gue
sembuh sekarang gue sakit lagi.
Mungkin
ini karena gue terlalu memforsir diri, tiap sore lembur en makan nya ngga
teratur. Maksud nya gue lembur gue mencari prestasi, kalau udah menjadi
karyawan tetap baru gue seneng, bisa ngapain ajah.
Dapat di bayangkan bagaimana tante ku,
sangat ketergantungan akan diary nya tersebut. seakan mereka berdua tak
terpisahkan, satu sama lain. Aku tak habis pikir bisa-bisa nya diary itu, di
jadikan teman akrab. Entahlah aku hanya menulis apa yang telah kutemukan, dan
aku juga bukan seorang psikiater yang mengerti sisi kepribadian manusia.
Iya, aku hanya menulis apa yang ku
lihat dan ku dengar. sampai rasa penasaran ini menuntun ku untuk mencari, apa
yang terjadi di balik itu semua.
Diary klimaksnya gue sakit tgl 28 april
memang rasanya dari rumah udah gue rasain, gue udah mau gak kerja tapi kan kita
anak-anak harian ingin dikumpulin buat kelanjutaan kerja.
Kepala
gue pusing en perut juga rasanya gak karu-karuan dech!
Pokoke
sakit punya, gue bilang aje sama mba tia,suruh di gantiin sama mas harry terus
gue minta obat sama pak sarim en di suruh istirahat. Gue duduk istirahat di
line nya si baskom, pas waktu itu kebeneran jam istirahat udah deh anak-anak
pada ngerubungin gue, si sulis, mba tia, en yang lainnya dech gak ketinggalan.
Si baskom (orang peran utama).
Si
baskom nyuruhin gue istirahat di poliklinik aja, si sonic juga begitu biar aman
katanya (engga tau aman apaan) Gue di anterin sama baskom. Di poliklinik gue
bukannya istirahat malah di ajak ngobrol en di beri nasehat-nasehat tentang
arti kehidupan ini, en dengan masalahnya. Enak banget ngobrol sama ini orang
dia bilang jangan suka mikir hal yang engga maksud (eh maksud gue masuk akal)
gitu terus dia kembali ke line kurang lebih jam 14.00, gue tidur aja di
poliklinik en kembali ke line jam 15.30 pas waktu ngambil gaji (enak yach).
Hey
diary tahu engga, si yanti sama si sonic nyangkain gue pura-pera sialan ngga
tuch anak.
Sampai-sampai dalam keadaan sakit pun
diary ini masih di pedulikan oleh nya, dalam diary ini banyak tertuang
masalah-masalah kehidupan perempuan yang lahir pada tanggal 25 desember
tersebut. Bila boleh aku berkata jujur hingga saat ini aku pun belum mengerti
jalan pikiran perempuan adik mama ku itu.
Meski sudah puluhan kali ku baca diary
kuning lusuh kepunyaan nya tetap saja usaha ku masih statis demi memenuhi
penasaran yang haus akan jawaban.
Diary kuning tersebut membawa cerita
baru dalam kehidupan ku saat ini, diary lusuh juga lah yang juga seakan
menyeret ku dalam alur kenyataan kala itu. Pada diary yang sekarang tengah
terbuka lebar di hadapan ku tidak hanya terdapat coretan pena pemiliknya yaitu
tante diah tetapi ada di antaranya coretan bekas sepupu perempuan ku yang masih
duduk di kelas 6 SD saat ini, bahkan pada covernya pun ada coretan perempuan
kecil tersebut. Karena memang dialah yang pertama kali menemukan diary lusuh
tante diah pada rak buku yang mana banyak di jumpai debu pada tumpukannya.
‘’Puisi
ini buat kamu yang pernah ada dihatiku’’.
Hidup
adalah suatu pengorbanan.
Hidup
adalah sebuah pengabdian.
Diantara
suka dan duka yang tersusun, hanya suatu kebetulan.
Kita
tak searah dan tak sejalan.
Adalah
wajar bila manusia bertutur.
Adalah
wajar bila manusia berlaku.
Kita
makhluk kecil yang tak berdaya, dia diatas segala-galanya.
Musik
elektronik yang bergemerincing, bukan suatu pertada kita adalah cacing.
Bukan
aku tapi mungkin dia.
Dia
adalah dia, tapi bukan DIA yang kuasa.
Hidup
tak kenal kompromi.
Hidup
bukan suatu kebetulan, tapi hidup adalah pengorbanan.
Bukan
sekedar ugal-ugalan, yang kan mencapai keberuntungan.
‘’
just for you yang penuh pengertian’’
Puisi itu seakan mengalun bagai dawai
seiring guratan pena dalam diary tersebut, sederhana namun dalam dan lirih
setidaknya itu menurut ku. Kembali ku buka lembaran demi lembaran kertas yang
sudah menguning termakan usia jika di hitung kira-kira usia diary ini masih
lebih tua dibandingkan dengan usia ku dan aku rasa itu benar.
Sudah tiga bulan lebih aku menjajaki
lembaran diary tante diah dan tiga bulan itu pun membuat aku benar-benar
terperangah kebingungan, sampai-sampai aku tak tahu lagi dimana harus memulai
pencarian ku atas cerita masa lalunya.
10
juni 1989 – sabtu malam
Diary
chayank, sekarang rasanya perasaan gue udah lega karena gue udah lampiasin ke
coret-coretan.
10
desember 64 – 25 desember 67 (capricorn – sagitarius).
Entah sudah berapa liter kopi yang ku
tenggak, demi menemani pencariaan ku dalam kisah abu-abu tante diah. Aku pun
baru menyadari bahwa pencarian ku tak
kan berhasil.
aku memang tak menyerah tetapi aku bukanlah seorang psikiater ternama, aku hanya mampu menulis dan membaca dengan sedikit menelisik menggunakan analisa-analisa yang faktanya tak dapat ku jawab.
biarlah cerita dalam diary tersebut tertutup rapat, bagai kotak pandora yang memang seharusnya tak terkuak, diary tante diah setidaknya memberi pencerahan bagiku sebagai perbandingan era ini dengan beberapa dekade kebelakang.
aku memang tak menyerah tetapi aku bukanlah seorang psikiater ternama, aku hanya mampu menulis dan membaca dengan sedikit menelisik menggunakan analisa-analisa yang faktanya tak dapat ku jawab.
biarlah cerita dalam diary tersebut tertutup rapat, bagai kotak pandora yang memang seharusnya tak terkuak, diary tante diah setidaknya memberi pencerahan bagiku sebagai perbandingan era ini dengan beberapa dekade kebelakang.
SELESAI
wah lumayan panjang juga ya ceritanya. tapi menarik sekali untuk disimak karena sangat menginspirasi. terimakasih kawan atas sharing nya :)
BalasHapusMakasih mbak udah mampir&kasih komen :)
HapusRegards.