• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Diary Lusuh Tante Ku

 on 11 September 2013  


Ketika pertama kali ku lihat buku tersebut, aku tak sedikitpun menyadari apa yang ada di dalamnya.
Karena Buku bercover garfield bercorak kuning tersebut hanya memberikan satu keterangan pada covernya yaitu sebuah kata singkat yang bertuliskan “ diary “.
Sampai setelah kubuka lembar demi lembar halaman pada  diary berulah ku menyadari  ,ini waktu yang tepat untuk menelisik apa yang terjadi pada sang pemilik. Yang tak lain adalah tante ku sendiri
Asa yang tak bertepi itu adalah sebuah kebodohan (diah acs).

Sesaat tak ada yang berarti dari catatan diary itu mungkin untuk sebagian orang namun tidak bagiku, hal yang aneh terasa ketika aku baru saja membuka halaman pertama  penuh dengan pengharapan tentang hidup yang tak dapat ku pahami di dalamnya. Sekilas bila ku lihat rona wajah si pemilik diary pikiran ku pun terhanyut oleh deraan misteri pada binar-binar wajahnya, sunyi serta nampak mendung tetapi tak padam.

Perempuan yang telah menginjak usia ke empat puluhnya ini, seakan ingin berbicara banyak namun tetap, Ia lebih memilih untuk berbicara kepada otaknya seorang. terkadang duduk di atas sofa kediaman nenek ku, terkadang juga ia terlihat sibuk mengkomat kamitkan mulutnya. mungkin yang terucap dari tiap bait ceracau nya itu tak terlalu berarti terlalu sering bibirnya mengucapkan sebuah nama, ataupun kalimat-kalimat kebencian  terhadap orang-orang yang ia tujukan. Orang-orang itu berasal dari dalam keluarga ini maupun orang lain yang berhububungan dengan dirinya, Di masa lalu.

Sepintas tak banyak yang memperhatikan itu semua tetapi rasa ingin tahu ini, terlalu agresif tak dapat ku tahan sehingga aku pun berpikir bahwa, hal ini mampunyai suatu arti yang tak terkendali banyak penjabaran tuk menguraikan nya.
Asa yang tak bertepi,
Mungkinkah ku capai,
Why, entahlah just for you 14 mei 1989 .
Aku tak tahu, biarlah waktu yang berbicara. ( Diah dinna. Des 84 )
setiap langkah semakin mendekatkan ku ke dalam permasalahan yang ada dalam diary itu, apa dan kenapa masalah yang menimpa adik kandung dari ibunda ku membuat dirinya menjadi seperti sekarang. Perlahan tapi pasti ku layangkan pandangan ini ke arah halaman selanjutnya, Agar semakin jelas akar permasalahan sebenarnya. Berkali – kali ku lihat diri nya mondar – mandir di satu tempat dengan pandangan kosong, tak ada yang berbeda dari diri tante ku itu. Dengan orang lain kebanyakan iya, meski keadaanya sama bukan berarti tak memiliki perbedaan dia cenderung bersifat, khayalan ketika di ajak berbicara seakan dirinya ingin mempermainkan semua orang yang berusaha berkomunikasi dengan dirinya.
Dari sikap nya yang ku lihat perempuan tersebut, mencoba mencari perhatian orang sekitar. saat di ajak bicara pun dia masih bisa berinteraksi dengan cukup baik walau dapat berubah sedetik kemudian dengan cara bergumam dengan kata – kata yang tidak jelas. Sebelum akhirnya ngeloyor pergi begitu saja.
Mau pulang lagi ke depok,
Sebel tetap di rumah mama konslet bingung, bingung 1000 kali.
Diary, tolong dong bantu aku cari jalan keluar , sebel, bingung, pusing, mumet, bin
Benci, bin semuanya. Pusing, bingung, mumet. ( 3 feb 89 Diah ).

Ternyata semua unek – unek di dalam dadanya ia curahkan lewat diary berwarna kuning terang, yang nampak lusuh di telan waktu. Hal ini juga semakin membuat rasa penasaran ku bertambah besar lalu dengan serta merta jari – jari ini membalik lembaran demi lembaran, tersebut, Dengan sangat antusias.
3 feb ‘ 89
Diary chayank , rasanya hati gue ini ngga enak gitu. Dari pagi waktu di kantor sampai gue di rumah mama. Perasaan gue hampa seakan – akan ngga ada gairah gitu !
Gue cuex aja pulang ke rumah mama gak ijin sama kaka di depok, gue sebel amat disana. Seperti nya gue apa gitu memang nya gue anak kecil norak banget tuch kaka gue ( eh jelek – jelek  juga kaka gue sendiri lho, biarin deh. Gue gak betah disana sepi bin sunyi apaan lagi dech, terserah lo cing.
Ku seruput kopi susu yang tinggal setengahnya, sebelum kembali menelusuri diary kepunyaan tante ku lebih jauh. Setelah beberapa saat mencoba merenggangkan sendi – sendi pada tubuh ini, barulah ku lanjutkan menyimak bacaan yang tadi sempat tertunda. 
Diary, di kantor juga begitu cing gue kan di pindahin ke line produksi pertama – tama sich. Canggung tapi akhirnya akrab juga di line prod. Sebenarnya lebih enak, di hot stamp anak – anak nya lebih akrab tapi memang kalau sudah di atur. Begitu, yach mau apa diary!
Berawal dari sebuah kejenuhan dan hobi membaca, yang tertanam dari kecil. Diary itu pun membuat satu ajakan kepada diri ku untuk, mengupas apapun yang ada di dalamnya.
Diary, di line prod. Enak juga gue ketemu sama baskom orangnya kocak banget cocok dech sama gue. Tuch anak enak buat di ajak bergaul gue sih biasa – biasa ajah ( Lihat aja tanggal main , cing! )
Aku pun juga sempat berbicara kepada, pemilik diary tapi pertanyaan – pertanyaan ku tentang apa yang tertulis di dalam diary tersebut, Tak mendapat gubrisan apa pun dari nya. Mungkin bila keadaannya tak seperti sekarang, aku dapat menayakan semua hal tentang diary ini kepadanya, iya mungkin saja.
Diary, tahu gak dimana – mana ada bigos ( eh, lho tahu gak artinya bigos = biang gosip ) masa gue di gosipin sama ??? mentang – mentang gue akrab sama dia orang ( kuno yach. Cing ! ) gue sich sama siapa ajah akrab sama , Mg, Teguh, Satria, DLL. Memang dari sana gue seneng main sama cowok yach udah gue di sangka yang engga – engga. ( terserah ajah deh cing )
Ku coba berbagai macam cara tuk merampungkan, dahaga akan sebuah cerita di dalam diary ini. Dari mulai menanyakan perihal tersebut ke mama, ataupaun tante – tante ku yang lain . namun hasilnya kurang memuaskan aku ingin yang lebih dari sekedar memuaskan, jadi aku pun sedikit lebih mengalah dengan memperlambat laju pena ini. Untuk berusaha memikirkan cara yang ku pakai untuk menguak misteri dalam diri tante ku selanjutnya.
Aku pun masih ingat ketika beberapa tahun yang lalu, tante ku itu di bawa oleh keluarganya ke psikiater. Setelah sempat tiga kali pertemuan tak ada perubahan yang terjadi, padanya apa yang ku pikirkan  bisa jadi hanya dapat di pahami oleh diri ku sendiri. Karena untuk sebagian orang apa yang kulakukan, hanyalah pekerjaan iseng semata. Mencoba megorek masa lalu orang lain yang nota bene kesehatan mental nya terganggu. Tetapi ku rasa para ahli filsafat ada di pihak ku saat ini dengan mengatakan ‘’ Rasa Ingin Tahu Yang Besar Adalah, Cikal Bakal Dari Seorang Filosof Yang Baik ‘’. 

Diary di rumah mama juga keadaannya lagi ngga enak, gue pulang jam 7.30 di rumah ada Dede, Ismy terus Essie belum pulang kerja. suasana di sana cuek banget sama gue gue sich cuek ajah lagi, langsung ajah gue masuk kamar. Sebenarnya gue nyesel juga pulang emang persoalannya belum jelas, mama pasti nyalahin gue diary.mama gak tahu perasaan gue kenapa, ada apa, terserahlah, aduh diary rasanya kepala ini boring banget. Udah di kantor di rumah lagi, huh. Dede gak ngerti maksud gue begitu juga mama, gue udah jelasin tapi ngga ngerti–ngerti juga gue di aggapnya paung, dan kurang ajar lah.
Hari-hari sepertinya semakin sulit dan berat di jalani oleh tante Diah, banyak problema yang harus di hadapi. Seperti apa yang terpampang jelas pada tiap baris, di halaman diary yang berada dalam genggaman ku saat ini. Lantunan lagu ‘’Just Another Days On Paradise’’ dari   Phil collins terus menyemangati ku, untuk tetap menggerakan tangan ini.

24 Maret 89 / 11.50
Diary chayank rasanya lama yah kita ngga ketemu, udah kangen bin rindu sorry gue lupain kamu soalnya akhir-akhir ini gue lagi sibuk ajah. Gue udah betah di line productions II, enak di sana diary apalagi sekarang gue udah banyak akrab sama Sonic, Budi, Agus, pokeke anak-anaknya baik punya deh. Cuma yah itu diary biasa masih ada biang gosip, tapi sekarang gue di gosipin sama Budi. Ya amplop dasar tuh anak-anak ngga boleh orang akrab dikit yah, udah deh gosip merajalela. Perasaan gue sama Budi biasa-biasa ajah, ngga istimewa sama seperti gue sama Dady. Iya sama yang lainnya deh.
Semakin lama diri ku terlarut dalam kisah tersebut, tanpa dapat ku mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu. Bila ku mencoba menebak-nebak jawabanya, selalu sama yaitu wanita yang bernama Diah sama sekali tak mengerti apa yang harus dilakukan jika, sedang tertarik pada lawan jenis padahal sisi keperempuananya sudah meledak-ledak, untuk mengeluarkan perasaan tersebut kepada yang di maksud. Tahun 1989 kala itu dan ku rasa masih banyak norma yang di pikirkan untuk menjadi tolak ukur oleh kebanyakan perempuan dizaman tersebut, untuk mengutarakan perasaan hatinya kepada lelaki yang mereka sukai. Mereka lebih cenderung menunggu para lelaki, untuk memulai ataupun memberi sinyal terlebih dulu kepada mereka.
21 tahun berselang arus modernitas pun juga ikut mengeliat tanpa batasan serta pandang bulu, ini menjadi penilaian tersendiri jika sekali lagi kita bandingkan dengan masa tersebut. Betapa hebatnya arus itu, sampai-sampai dunia juga harus mengakui ‘’ Emansipasi ‘’ kaum hawa. Sebagian orang memandang emansipasi wanita itu, sebagai hal yang positif setidaknya itu menurut mereka yang berpikiran Liberal, dan Demokratis. kemudian di samping itu masih ada pula yang beranggapan, bahwa emansipasi wanita  adalah sebuah penyimpangan estetika dari yang seharusnya. Pada hakikatnya Wanita itu mempunyai hak yang  berbeda dengan lelaki jadi banyak aturan ataupun norma yang harus di pahami, mungkin perkataan tersebut, terdengar agak norak dan sedikit jadul bila di utarakan pada zaman super modern seperti sekarang ini. Ya mungkin saja. . . . ?
bicara apa sebenarnya aku ini seperti pakar pemberdayaan perempuan racauan ku barusan atau pemberdayaan lelaki jangan – jangan  ah yang benar saja, tak usah di berdayakan juga lelaki sudah berdaya. Aku pun membuang jauh pemikiran tersebut karena fakta yang ada bertolak belakang, eksistensi perempuan di jagat raya sangat lah besar peranannya bahkan dapat melebihi kaum adam sekalipun. bagaimana tidak yang melahirkan kita toh seorang perempuan, mereka jua lah yang di berikan amanah dari sang pencipta untuk memiliki rahim. Jadi siapa pun kita sudah sepatut nya memberikan ‘’respect‘’ yang lebih terhadap mahluk ciptaanya yang satu ini. Aku pun sempat teringat sebuah kutipan yang bisa di bilang adalah favorit ku.
Yang bunyi nya,
‘’ Bila tak ada wanita maka uang di dunia ini tidaklah berarti ‘’ .
Diary, ada perkembangan baru nih gue sebel bin benci sama itu si baskom. Amit-amit tuch anak ! cuex banget acuh tapi gak tau deh (hehehe). Sepertinya si baskom itu bisa di copy orangnya, dewasa gue simpatik sama dia orang (baru simpatik nih). Dia orang, gimana yah bisa menjaga jarak dan bisa memberi batasan antara, dia dan gue. Si sonic nyuruh jadiin dia aja si baskom tapi, sorry berat gue sih gak mau jatuh gengsi gue dong. tapi,
Tapi. . . gimana yah sorry gue gak tahu lihat aja nanti waktu lah yang berbicara, cing.
Sorry berat.
Just for. . .
24 maret 89’
Diah Acs

ku mulai lagi dengan menanyakan perihal ini kepada anggota keluarga mama yang lain, perlahan ku mencari kali ini hasrat yang menggebu tersebut mulai ku batasi pergerakannya. Tante Diah memberi ku banyak pelajaran, dalam hidupnya yang tertuang dalam buku diary kuning lusuh itu.
Seperti manusia kebanyakan ia, butuh mencurahkan isi hatinya. Namun ku rasa ia belum mendapatkan, orang yang tepat untuk itu. Selama hidupnya atau mungkin dugaan ku yang salah ?
24 april 89’ minggu malam 8.45 WIB
Diary,chayank sebulan yah kita ngga ketemu bukan ini berarti sombong diary. (ngga loh Cuma kamu yang bisa ngertiin persaan gue). Akhir-akhir ini ngga tau deh diary, fisik juga rasanya mudah banget terserang penyakit. Baru aja seminggu yang lalu gue sembuh sekarang gue sakit lagi.
Mungkin ini karena gue terlalu memforsir diri, tiap sore lembur en makan nya ngga teratur. Maksud nya gue lembur gue mencari prestasi, kalau udah menjadi karyawan tetap baru gue seneng, bisa ngapain ajah.

Dapat di bayangkan bagaimana tante ku, sangat ketergantungan akan diary nya tersebut. seakan mereka berdua tak terpisahkan, satu sama lain. Aku tak habis pikir bisa-bisa nya diary itu, di jadikan teman akrab. Entahlah aku hanya menulis apa yang telah kutemukan, dan aku juga bukan seorang psikiater yang mengerti sisi kepribadian manusia.
Iya, aku hanya menulis apa yang ku lihat dan ku dengar. sampai rasa penasaran ini menuntun ku untuk mencari, apa yang terjadi di balik itu semua.
   Diary klimaksnya gue sakit tgl 28 april memang rasanya dari rumah udah gue rasain, gue udah mau gak kerja tapi kan kita anak-anak harian ingin dikumpulin buat kelanjutaan kerja.
Kepala gue pusing en perut juga rasanya gak karu-karuan dech!
Pokoke sakit punya, gue bilang aje sama mba tia,suruh di gantiin sama mas harry terus gue minta obat sama pak sarim en di suruh istirahat. Gue duduk istirahat di line nya si baskom, pas waktu itu kebeneran jam istirahat udah deh anak-anak pada ngerubungin gue, si sulis, mba tia, en yang lainnya dech gak ketinggalan. Si baskom (orang peran utama).
Si baskom nyuruhin gue istirahat di poliklinik aja, si sonic juga begitu biar aman katanya (engga tau aman apaan) Gue di anterin sama baskom. Di poliklinik gue bukannya istirahat malah di ajak ngobrol en di beri nasehat-nasehat tentang arti kehidupan ini, en dengan masalahnya. Enak banget ngobrol sama ini orang dia bilang jangan suka mikir hal yang engga maksud (eh maksud gue masuk akal) gitu terus dia kembali ke line kurang lebih jam 14.00, gue tidur aja di poliklinik en kembali ke line jam 15.30 pas waktu ngambil gaji (enak yach).
Hey diary tahu engga, si yanti sama si sonic nyangkain gue pura-pera sialan ngga tuch anak.

Sampai-sampai dalam keadaan sakit pun diary ini masih di pedulikan oleh nya, dalam diary ini banyak tertuang masalah-masalah kehidupan perempuan yang lahir pada tanggal 25 desember tersebut. Bila boleh aku berkata jujur hingga saat ini aku pun belum mengerti jalan pikiran perempuan adik mama ku itu.
Meski sudah puluhan kali ku baca diary kuning lusuh kepunyaan nya tetap saja usaha ku masih statis demi memenuhi penasaran yang haus akan jawaban.   
Diary kuning tersebut membawa cerita baru dalam kehidupan ku saat ini, diary lusuh juga lah yang juga seakan menyeret ku dalam alur kenyataan kala itu. Pada diary yang sekarang tengah terbuka lebar di hadapan ku tidak hanya terdapat coretan pena pemiliknya yaitu tante diah tetapi ada di antaranya coretan bekas sepupu perempuan ku yang masih duduk di kelas 6 SD saat ini, bahkan pada covernya pun ada coretan perempuan kecil tersebut. Karena memang dialah yang pertama kali menemukan diary lusuh tante diah pada rak buku yang mana banyak di jumpai debu pada tumpukannya.

‘’Puisi ini buat kamu yang pernah ada dihatiku’’.
Hidup adalah suatu pengorbanan.
Hidup adalah sebuah pengabdian.
Diantara suka dan duka yang tersusun, hanya suatu kebetulan.
Kita tak searah dan tak sejalan.
Adalah wajar bila manusia bertutur.
Adalah wajar bila manusia berlaku.
Kita makhluk kecil yang tak berdaya, dia diatas segala-galanya.
Musik elektronik yang bergemerincing, bukan suatu pertada kita adalah cacing.
Bukan aku tapi mungkin dia.
Dia adalah dia, tapi bukan DIA yang kuasa.
Hidup tak kenal kompromi.
Hidup bukan suatu kebetulan, tapi hidup adalah pengorbanan.
Bukan sekedar ugal-ugalan, yang kan mencapai keberuntungan.

‘’ just for you yang penuh pengertian’’
 
Puisi itu seakan mengalun bagai dawai seiring guratan pena dalam diary tersebut, sederhana namun dalam dan lirih setidaknya itu menurut ku. Kembali ku buka lembaran demi lembaran kertas yang sudah menguning termakan usia jika di hitung kira-kira usia diary ini masih lebih tua dibandingkan dengan usia ku dan aku rasa itu benar.
Sudah tiga bulan lebih aku menjajaki lembaran diary tante diah dan tiga bulan itu pun membuat aku benar-benar terperangah kebingungan, sampai-sampai aku tak tahu lagi dimana harus memulai pencarian ku atas cerita masa lalunya.
10 juni 1989 – sabtu malam
Diary chayank, sekarang rasanya perasaan gue udah lega karena gue udah lampiasin ke coret-coretan.
10 desember 64 – 25 desember 67 (capricorn – sagitarius).

Entah sudah berapa liter kopi yang ku tenggak, demi menemani pencariaan ku dalam kisah abu-abu tante diah. Aku pun baru menyadari bahwa pencarian ku  tak kan berhasil.

aku memang tak menyerah tetapi aku bukanlah seorang psikiater ternama, aku hanya mampu menulis dan membaca dengan sedikit menelisik menggunakan analisa-analisa yang faktanya tak dapat ku jawab.
biarlah cerita dalam diary tersebut tertutup rapat, bagai kotak pandora yang memang seharusnya tak terkuak, diary tante diah setidaknya memberi pencerahan bagiku sebagai perbandingan era ini dengan beberapa dekade kebelakang.

 SELESAI

Diary Lusuh Tante Ku 4.5 5 Dansde 11 September 2013 Ketika pertama kali ku lihat buku tersebut, aku tak sedikitpun menyadari apa yang ada di dalamnya. Karena Buku bercover garfield berco...


2 komentar:

  1. wah lumayan panjang juga ya ceritanya. tapi menarik sekali untuk disimak karena sangat menginspirasi. terimakasih kawan atas sharing nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak udah mampir&kasih komen :)
      Regards.

      Hapus

Pembaca yang bijak selalu meninggalkan jejak dengan berkomentar.
REGARDS

Terima Kasih Telah Datang

J-Theme