• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Satya Bukan Satria Berkuda

 on 10 Januari 2014  

           Matahari kembali datang sinarnya terlihat agak samar memasuki jendela kamar, karena terhalang gorden kumal yang hanya dicuci jika idul fitri menjelang. “Aku Satya. Gumam pria berhidung lancip, sambil menatapi refleksi dirinya sendiri didepan cermin. disela bibirnya terdapat sisa rembasan liur akibat tidur dalam posisi miring semalam. Jam dinding seperti tampak tersenyum ketika pria itu mendongak meliriknya, minggu pagi adalah waktu yang tepat buat jalan-jalan begitu pikirnya sebelum menguap dan keluar dari kamar bersama handuk yang tersampir dibahu.
           Satya hanyalah seorang pemuda yang suka kebebasan, rasa ingin tahunya terkadang melebihi bobot otaknya sendiri. Jika dapat dibilang hal itu merupakan titik lemah dalam diri pria berwajah melankolis tersebut. meski begitu satya sering tertolong oleh pemikiran positifnya yang selalu berpegang teguh pada logika dengan disertai sedikit wawasan tentang sifat-sifat manusia. Kemudian kisah ini pun bermuasal dari sana, dimana sebuah pertemuan di minggu siang menjadi pemicunya.

            Di sebuah ruang terbuka hijau pohon rindang cukup memberikan segenap keteduhan bagi kebanyakan manusia yang tengah menikmati hari libur mereka disana. pria muda bernama satya pun ikut ambil bagian meramaikan taman kota yang hiruk didominasi oleh para remaja berusia belasan. Sudah tentu usia satya tak dapat lagi digolongkan kedalam usia tersebut, karena memang dua puluh dua tahun bukanlah ukuran umur seorang remaja. Tetapi umur tidak mempengaruhi seseorang untuk memulai percakapan dengan siapa pun yang dia mau, dan itu lah yang kini dilakukan satya.
            Pria muda itu bertanya pada gadis yang sedang duduk seorang diri dipinggir tanggul beton berukuran panjang berisikan beraneka ragam tanaman, “Maaf, sekarang jam berapa ya? Suara satya terdengar menyenangkan penuh percaya diri. Si gadis menoleh sesaat kearah lengannya kemudian dengan cepat berpaling menatap satya. Ia pun berkata, “Jam 10 empat lima! Suaranya terdengar serak namun enak didengar.
“Makasih ya. Balas satya tulus.
Gadis itu pun menjawab singkat, “Ya, sama-sama!
Satya segera berpaling membelakangi gadis tadi baru saja dua langkah dia menjauh, ketika  tiba-tiba pikiran primitifnya memunculkan keingintahuan yang membuat ia kembali berbalik arah.
“Sorry..gue boleh minta tolong kan? Ada kecanggungan saat kata pertama terlontar dari bibir satya tapi setelahnya kalimat yang terangkai begitu meyakinkan.
Gadis tersebut masih tetap duduk pada posisinya semula, dengan memandangi serius layar blackberrynya, Ia menaikan kepalanya sedikit untuk menatap satya lalu bibirnya mengeluarkan satu kalimat tanya. “Minta tolong apa ya?
Gadis itu berusia sekitar dua puluh tahun, matanya terbuka lebar menunjukan sikapnya yang praktis, sementara rambut panjang yang dikuncirnya kebelakang menyerupai ekor kuda yang halus berkilauan, wajahnya berbentuk oval dan memancarkan daya pikat khas kota besar.
Pria muda dihadapannya tersenyum sedikit sebelum mulai bicara menyatakan maksudnya,
“Kalo boleh, gue mau pinjem BB lo sebentar buat nelepon ke Hp gue. Soalnya gue cari di tas gak ada!? Pria muda itu diam sebentar. “Lo yang nyoba neleponin juga gak apa-apa kok’. Tambahnya menggunakan tekanan di akhir.
“Boleh. coba sebutin nomernya? Kata si gadis ringan.
Satya maju mendekat kemudian mendaratkan bokongnya persis disamping gadis tersebut. dan mulai  mendiktekan sejumlah angka padanya. Setelah menekan beberapa tombol si gadis lantas menempatkan blackberry disisi telinga kanannya. Gadis itu memandang kedepan tanpa emosi menunggu respon dari ponsel lain yang coba ia hubungi. Bunyi beep panjang terdengar berurutan lalu ia pun mencoba memencet keypad hijau sekali lagi, meski hasilnya nihil. si gadis malah menunjukan senyum simpul yang terkesan dipaksakan. “Gak ada jawaban nih!? Ucapnya menjelaskan. “Yang bener? pria muda lawan bicaranya menatap dengan pandangan heran. Gadis tersebut menjawab sembari mengulurkan blackberrynya kepada satya, “Beneran! Kalo gak percaya lo boleh coba sendiri!? Satya hanya menggelengkan kepala yang keningnya nampak berkerut memikirkan sesuatu. Si gadis meliriknya dan membuka kalimat, “Mungkin hape lo ketinggalan dirumah kali?. Pemikiran itu telah berada dalam otak satya sebelum gadis disampingnya memberikan pendapat, kenyataanya sekarang pemikiran itu bertambah kuat. “Ya, bisa jadi. Kata si pria muda memutuskan. Satya menoleh kepada gadis disampingnya. Sekilas tatapan mereka beradu. kemudian cepat-cepat satya berkata, “Kaya’nya gue pernah liat lo deh?
Si gadis menjawab penuh semangat sambil memicingkan mata, “Masa sih!? dimana?
“Iya, tapi gue lupa dimana. Balas  satya datar.
“Emhh..mungkin lo salah orang kali! Sambung lawan bicaranya seakan tak peduli, bertolak belakang dengan sikapnya barusan yang terdengar antusias.
Satya tersenyum kecut dan berucap, “Sekali lagi makasih ya! Lalu ia pun menambahkan, “ Nama lo, Aquarius kan? Intonasinya mantap meyakinkan. Ucapan satya membuat wajah gadis itu berubah kikuk. “Tau darimana dia zodiak gue! Bisik si gadis pada dirinya sendiri. Selagi si gadis merenung Pria muda yang masih memandangnya menjulurkan tangan hendak memperkenalkan diri, “Gue Satya!. Gadis tersebut  memilih meredam rasa herannya, seraya menjabat tangan si pria muda, ia pun lalu menyebutkan sebuah nama, “Cindy!. Suara seraknya mengandung ciri khas yang akan sulit dilupakan oleh satya.
            Seorang pria muda dengan suara pas-pasan terdengar bersenandung riang dari dalam kamar mandi. Beberapa menit setelahnya vokalis jadi-jadian yang bagian bawah tubuhnya dililitkan sehelai handuk itu keluar dari ruang studio dadakannya. Hari ini tepat dua minggu sejak perkenalan pertamanya dengan perempuan muda bernama cindy. Proses perkenalan yang seakan disengaja olehnya pun kini berlanjut, dua minggu sudah cukup bagi mereka untuk saling mengenal. bahkan pengetahuan satya tentang sifat-sifat manusia banyak membantunya menaikan status perkenalan mereka. Ditambah pertemuan mereka yang bisa dibilang intens seminggu dua kali maka pantaslah jika membuat tali pertemanan tersebut semakin erat. Manusia muda berlainan jenis kelamin ini selalu bertemu pada sore hari di salah satu kafe di bilangan tebet.
            Cindy duduk tenang di pelataran kafe sambil menatapi layar blackberrynya lekat-lekat, ia berpikir berkicau di twitter bisa menghilangkan kejenuhannya menunggu. Rambut cindy tergerai sempurna, matanya yang berbinar seakan menggoda, bibirnya berpoles tipis merah saga. Kemeja garis-garis yang dikenakannya necis tak serasi dengan jeans pendek belel yang hanya menutupi setengah bagian atas kakinya. Sedangkan letak kedua kakinya saling bertumpuk memamerkan kemulusan paha tak bercacat itu. di seberang jalan nampak seorang pemuda yang baru saja turun dari bus kota. Si pemuda segera menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri sampai volume kendaraan dirasa cukup lenggang, ia melangkah cepat menyebrangi jalanan padat tersebut. dalam tiga menit ia pun tiba di tujuan lalu segera menghampiri cindy yang sudah menanti sejak belasan menit lamanya.
“udah lama, cin? Kata satya sambil menggeser sebuah kursi dan duduk diatasnya.
“lima belas menit masih wajar lah. Sahut suara serak si gadis dengan nada mengejek.
Sindiran halus yang cindy katakan tidak dipedulikan oleh satya, si pemuda malah cepat-cepat memanggil pramusaji dengan penuh kewajaran. Tak lama seorang pramusaji pria datang dengan mata cekungnya yang tampak mencuri pandang kearah kaki jenjang perempuan muda yang saling bertumpuk itu. Satya memesan dua paket menu yang serupa, setelah beres mencatat pesanan si pramusaji pun melangkah malas meninggalkan meja tersebut.
“besok, lo yakin mau main ke tempat gue? Tanya cindy membuka obrolan, dengan penekanan kata yang menunjukan pertentangan.
“ya. Kalo lo ngizinin. Timpal satya ringan. “jam empatan deh gue kesana. Tambahnya.
Cindy mengatur letak kakinya lalu buru-buru menjawab, “jangan jam segitu, gimana kalo abis maghrib aja?
Satya tidak langsung membalas, ia sesaat memperhatikan perubahan mimik wajah cindy dan berkata singkat, “oke, jam tujuh gue ke tempat lo. Obrolan mereka terputus sejenak ketika pramusaji mengantarkan pesanan mereka. Si pramusaji hendak mengulangi perbuatan mesumnya barusan namun sial kali ini pandangannya tertangkap oleh si pemilik tubuh yang dijadikan objek otak kotornya.
Cindy mendongak sedikit dengan gerakan gemulai yang dibuat-buat ia berseru, “kenapa mas!?
Muka si pramusaji memerah karena malu, “eng..gakk a..pa-apa mbak! Katanya dengan tergagap.
Sesudah pramusaji itu pergi cindy tertawa pelan sambil menutupi bibirnya dengan telapak tangan.
“hehehe. Mupeng mau belaga bego! Gumamnya tak jelas menunjukan dua ekspresi yang berlainan. Satya memadangi perempuan muda tersebut sambil merenung lalu kemudian ia menyahut dengan halus, “tapi se’enggaknya matanya jujur tentang pikirannya. Mendingan kita mulai makan aja nyo! Sambungnya sembari mencomot garpu dan sendok dari tempatnya. Dan cindy pun mengikuti gerakan tersebut tanpa berkata. Selanjutnya mereka berdua pun bersantap, diselingi dengan obrolan-obrolan kecil.
“eh..tadi pas lo bilang si mas itu jujur maksudnya apaan!? Tanya cindy yang coba membahas kembali hal itu.
Tanpa disangka satya berkata blak-blakan, “dia ngeliatin paha lo karena emang pikirannya bilang begitu, berarti jujur kan dia!?
Selesai mengunyah cindy pun menjawab, “buat apa jujur kalo mesum!
“misalnya gue yang daritadi duduk disini bareng lo yang ngelakuin itu. apa bakalan lo sebut mesum juga?
“mungkin. Singkat cindy tak acuh.
Sikap cindy yang mendadak masa bodoh menggelitik satya untuk mengetahui lebih banyak hal tentang diri perempuan ini. “gue denger-denger kampus lo banyak ayamnya? Telisik satya.
“ah cuma gossip itu, jangan percaya. Ucap cindy datar.
“gue denger dari adik temen gue, dia kuliah juga disitu cuma beda jurusan sama lo. Ungkap pemuda berkumis tipis tersebut menguatkan pertanyanya barusan.
Cindy mengambil sehelai tissue dan menyeka pinggir bibirnya bersamaan dengan itu selera makannya pun telah hilang, “siapa namanya? kali aja gue kenal tuh anak. Balas cindy sembari membuka satu kancing kemeja yang membuat belahan buah dadanya agak terlihat. “gerah, padahal udah sore tapi panasnya sama aja kaya tengah hari. Sambungnya kemudian.
“rian. gue udah pernah tanya, dia gak kenal kok’ sama lo. Timpal satya lembut penuh keyakinan. Satya menatapi sosok cindy dengan cermat, ia buang jauh-jauh hasrat diotaknya untuk menoleh ke bagian dada yang tersingkap itu agar pikirannya tetap jernih dalam mengamati. Satya menangkap bahwa sikap cindy merupakan sebuah kepura-puraan, sedangkan gerak tubuh serta perilakunya menandakan sesuatu yang lain. Satya mulai merangkai kesimpulan. namun masih ada beberapa pertanyaan yang harus terjawab sebelum kesimpulan tersebut utuh. Sesaat satya berbisik dalam hati semoga apa yang dibayangkannya tidak mucul sebagai kenyataan karena dalam hatinya ada sejumput rasa yang mulai berkembang.
            Keesokan harinya, satya tengah menikmati pagi dengan segelas susu cokelat di teras rumahnya. Wajahnya masih nampak lusuh karena memang belum mandi, jika ada sisa bulir-bulir air pada wajah satya itu hanyalah buah dari cuci muka secara kilat. gerakannya perlahan ketika tangannya mengambil smartphone yang tergelatak diatas meja kecil disebelahnya. Ia merenung untuk beberapa saat lalu menaruh kembali smartphonenya ketempat semula mengurungkan maksudnya. Satya masih setia dalam lamunannya tentang cindy, pemikiran yang dulu terlintas waktu mereka pertama kali bertemu mengusik rasa ingin tahunya. Ia beranggapan pernah melihat cindy disuatu tempat tetapi sayang ia tak dapat mengingat hal tersebut lebih jauh. Semakin dalam satya menelusuri memori otaknya hingga suara tukang Koran yang rutin datang tiap pagi memecah lamunannya.
“Mas, korannya! Teriak seorang pria berumur belasan dengan sepeda Bmx dari balik gerbang yang langsung melemparkan seonggok bundle surat kabar kearah rumah.
Setelah si pengantar Koran ngebut bersama sepedanya satya berjalan malas mengambil koran yang tergelatak dibawah kotak pos. ia duduk kembali ditempatnya dan mulai membaca halaman depan dari Koran itu.  Dikolom berita utama tertulis tentang kebakaran di sebuah klub malam ternama di daerah kemang. Mendadak pikirannya mendapat stimulus dan merangsangnya mengingat apa yang direnungkannya barusan. “Klub malam, kemang dan cindy Ulang satya dalam benaknya. Sekarang ia baru ingat dimana wajah gadis tersebut muncul pertama kali didepan hidungnya. Bukan ditaman melainkan diklub malam dibilangan kemang.
            Malam baru datang ketika satya tiba di sebuah rumah besar berlantai dua yang kelihatannya memiliki banyak pintu. Dibalik gerbang berkarat cindy telah menunggunya sejak lima menit lalu.
“ayo, masuk gabung sama temen-temen gue! Ajak si gadis sambil menggeser gerbang sekuat tenaga. Satya menganggukan kepalanya dan berlalu mengikuti langkahan si gadis. Begitu sampai di pelataran kamar kontrakan cindy, satya diperkenalkan kepada dua orang perempuan muda. “kenalin temen gue. kata cindy disertai gerakan lengan ringan. Satya pun mengulurkan tangannya ke perempuan muda berkulit sawo matang yang dijarinya terselip sebatang rokok putih, “satya. Ucapnya dengan seulas senyum.
Perempuan muda berambut sebahu itu meraih tangan satya dan ragu-ragu tersenyum, “Gue retno. Balasnya datar. Ekor mata satya kemudian beralih ke perempuan muda kedua yang sedari tadi memandanginya penuh selidik, “lila. Katanya dengan suara dibuat lembut setelah menerima juluran lengan satya.
“lo ngobrol-ngobrol dulu deh sama dua cewek cantik ini, gue beli minuman dulu di warung depan. Seru cindy sesudah prosesi perkenalan itu usai.
“lo gak usah rep… kalimat satya terpotong oleh suara cindy yang kembali berbicara. “titip temen gue dulu ya, jangan diapa-apain! Sesudahnya cindy mengerling menggoda kearah kedua teman perempuannya sebelum berlalu meninggalkan teras. mula-mula ada perasaan kikuk terlihat di rona wajah satya, namun setelah retno membuka obrolan rasa itu menghilang begitu saja.
“eh, cowok lo kenal sama cindy dimana?
“ditaman menteng. Singkat satya tak menunjukan ekspresi berlebihan. Satya memberikan kejujuran sikap, meski pernah melihat sosok cindy di sebuah klub malam tetapi hal tersebut tidak masuk hitungan perkenalan baginya.
Sebelum kembali berkata retno menyabet kaleng soft drink diatas meja kecil, gerakannya yang luwes mempertontonkan tengkuk bertattonya tanpa sadar. “oh, udah lama lo kenal dia?
“belum ada sebulan sih. Kata satya dengan seulas senyum. Dan sekali lagi perempuan muda itu bertanya, “lo kerja or kuliah?
Nanya mulu nih cewek ?. bisik satya pada dirinya sendiri. Ia lalu membalik keadaan sekenanya “gue kuliah! Kalo lo berdua?
Retno yang barusan menggebu bertanya menjawab belakangan, karena lila yang sedari tadi sibuk menyimak obrolan itu menjawab lebih dulu. “gue kerja. Suaranya terdengar manja sesuai dengan potongan poninya yang berderet rapi diatas alis matanya. “gue kuliah sambil kerja! Sambung retno kemudian.
Sambil tersenyum lila berkata polos seenaknya, “eh satya..lo lagi modusin si cindy ya?
Satya tertegun beberapa detik, “lebih enak dibilang PDKT daripada modus. Jawabnya malu-malu ia pun segera menambahkan penuh tekanan, “tapi jangan bilang sama cindy dulu ya!
“yakin lo mau pacaran sama cindy!? Telisik lila kekanakan. Mendengar kalimat temannya retno langsung berpaling kearah lila dan memelototinya serius. Pria muda dihadapan mereka coba menangkap arti dari pandangan yang menyiratkan kejengkelan tersebut.
Retno beralih menatap satya, “mendingan lo gak usah ngarep yang muluk-muluk deh! Sergahnya ketus. dahi satya berkerut, matanya menyipit heran, “gue gak ngerti deh! Sebenernya ada apa sih!? Timpalnya mencari penjelasan.
“emh..itu..! lila hendak berbicara tetapi retno cepat-cepat memotongnya “udah biar gue aja yang jelasin. Belum sempat retno menjelaskan maksudnya, cindy sudah keburu datang dengan bungkusan ditangan. Perempuan bertatto itu pun kemudian mengurungkan niatnya dan berhenti berbicara.
Sambil memberikan sekaleng softdrink pada satya, cindy berkata. “nih, minum dulu! Setelah itu tubuhnya beringsut duduk ke kursi yang kosong.
“thanks. Balas  satya singkat setelah menyambar kaleng dengan halus.
Retno dan lila berpandangan sesaat, gerak-gerik mereka berdua menampilkan tanda tanya tersendiri dibenak satya. Ingin rasanya ia mendesak retno dan lila untuk menjelaskan apa yang mereka sembunyikan, tetapi logikanya tidak memberi restu.
“yah begini deh kontrakan gue, sa! Sori ya kalo gak nyaman. Kata cindy canggung menggunakan keluhan sebagai kalimat pembuka obrolan.
“ah gak ko, menurut gue nyaman disini. Oh..ya lo tinggal disini sendiri? Balas satya penuh perhatian.
Cindy tidak lantas menjawab, matanya menerawang bargantian kearah kedua temannya seakan meminta persetujuan. Lila menaikan bahunya sedikit, retno tetap dingin lalu menyulut sebatang rokok lagi. Akhirnya cindy memutuskan. “em..gak itu, gue disini sama bokap.
Satya menyeringai terpukau oleh selubung yang diciptakan ketiga gadis tersebut. “kenapa lo gak bilang daritadi, cin! Satya berdiri dari duduknya dan menambahkan, Mana bokap lo!?
Cindy mengikuti gerak satya lalu berdiri dengan malas, “percuma dia gak bakal ngerespon lo! Jawabnya dengan pahit.
“kalo belom dicoba mana tau!? Sahut satya bersikeras. “paling cuma bapak-bapak yang kolot. Ocehnya membatin.
“yaudah! Singkat cindy menyetujui dengan berat hati sembari berjalan kedalam terlebih dulu.
            Kontrakan tersebut tidak besar hanya seukuran ruang tamu tipe rumah 36. di tengah ruangan terdapat kamar tanpa pintu yang hanya tertutup gorden manik biji congklak. Di sebelah kiri ada selasar sempit yang menuju kamar mandi berpintu plastik merah muda. Perabotnya sederhana. lemari kurus bertingkat berdiri sejajar dengan meja belajar serta kasur ber-per terbalut dengan bedcover pucuk magnolia terbujur di lantai. Namun benda-benda elektronik disana nampak mencolok. Sebuah televisi flat bertengger angkuh di dinding ruangan berhadapan dengan Ac mini yang hampir menyentuh langit-langit, dispenser tanpa galon merapat teratur disudut, diatas meja belajar sebuah laptop terkatup berdampingan bersama rice cooker. Menterengnya peralatan elektronik didalam kontrakan, menimbulkan kontradikisi di pikiran satya.
Cindy mengeluarkan kalimat cepat-cepat.“tunggu sini bentar. Setelahnya ia pun melesat ke kamar tanpa daun pintu.
Satya mengangguk mengerti dan melanjutkan tatapannya berkeliling ruangan. Diteras keadaan senyap hampir tidak ada suara dari kedua perempuan muda yang berada disitu, hanya aura mereka saja yang mungkin masih terasa. Satya masih berdiri ditengah ruangan saat cindy kembali sambil mendorong lelaki tengah baya menggunakan kursi roda, salah satu tangannya sibuk menyibakan gorden manik-manik untuk membuka jalan bagi mereka. Cindy berkata ketika tiba dihadapan satya, “ini bokap gue. Sekarang lo mau ngapain!? Suara seraknya terdengar meninggi. Satya tak membalas perkataan cindy dengan kalimat. ia cuma membungkuk lalu mendekatkan dirinya kepada lelaki yang mematung di atas kursi roda. Satya meraih lengan kanan si lelaki perlahan untuk menyalaminya. Dirasakannya  lengan tersebut bagaikan tak bertulang, lemas tanpa kehidupan. Setelah mendekatkan keningnya pada punggung tangan lelaki itu satya menyimpan pemikirannya barusan dan berkata dengan sopan, “saya satya pak. Si lelaki tak merespon, lidahnya seakan kelu sedangkan kepalanya masih tetap pada keadaan semula, miring kearah kiri bertumpu pada bahu. Hanya kedipan matanya yang seperti memberikan sebuah isyarat.
“udah lah percuma! bokap gue tuh lumpuh kena stroke. Ada getaran dalam suara serak cindy. “kan gue udah bilang percuma. sambungnya sembari membalikan kursi roda ayahnya. Satya hendak mengambil alih pegangan kursi roda. Tetapi niat baiknya segera ditampik cindy “lo tunggu aja diluar. Singkat cindy tegas. Satya melihat sekilas perubahan mimik wajah cindy yang menyiratkan suatu emosi dan dengan berat hati ia pun berjalan keluar.    
            Di teras lila dan retno menatap secara bersamaan sosok pria muda yang baru saja keluar. Tanpa menunggunya duduk retno bertanya, “gimana!? Senyum mencemooh tersimpul dibibir tipisnya. Dengan enggan satya mengangkat kedua bahunya, “biasa aja. retno menanggapi dengan dengusan lalu menghembuskan asap rokok pelan-pelan ke udara. “cowok sok sopan! Lo tuh gak tau siapa cindy. Umpatnya dalam hati. Satya menatapi gerak retno sambil merenung menerka apa yang dirahasiakannya, karena satya merasa perlakuan retno agak dibuat-buat dengan maksud untuk memadamkan niatnya mendekati cindy. Lambat-lambat pria muda itu pun membulatkan tekad untuk tetap menyampaikan isi hatinya pada cindy begitu perempuan muda tersebut kembali. Sementara masalah retno ia biarkan terbang jauh meninggalkan rongga kepalanya.
            Cindy muncul dengan kikuk, keadaan yang tak biasa menggangu perasaannya kini. perempuan muda itu pun meletakan dirinya pada kursi di samping satya. Dua pasang mata menyorotinya ragu-ragu. Hanya lila yang tidak menatap nanar kearahnya, perempuan muda itu tengah pura-pura sibuk memenceti layar smartphonenya sambil memasang telinga baik-baik layaknya kelinci yang sedang di buru. Satya berpaling ke perempuan muda yang sedang tertunduk disebelahnya. Ia pun berbicara, wajahnya berubah serius. “sorry, gue gak tau kalo bokap lo stroke. Daripada kelamaan mending gue langsung aja omongin maksud gue kesini! Kalimatnya terdengar tenang dan wajar.
Cindy menoleh sedikit ke sumber suara dan menegakan kepalanya, “ya, gak masalah. Omongin aja apa yang emang lo pengen omongin. Kali ini suara seraknya keluar dengan teratur.
Satya diam sejenak, memilih kata-kata yang akan di utarakanya. “gue suka sama lo! Tandasnya penuh keyakinan. kedua orang lainnya yang tadi sempat terlupakan, saling berpandangan mereka berdua terkesiap mendengar hal tersebut. Retno bergumam pada dirinya,”bagus lah, semoga aja cepet-cepet balik nih orang!. Sambil mencampakan puntung rokok ke asbak.  Gelombang aneh yang menjalar diruas kepala lila membuatnya tertegun dengan mata nyalang. Mata itu berbinar menyiratkan sesuatu yang dalam.
Cindy belum menjawab air mukanya tak berubah. dengan suara datar akhirnya ia berkata singkat “oh, yaudah. Memang bukan jawaban yang melegakan bagi telinga satya, tapi ia sadar harus berpikiran positif guna mencermati situasi ini.
“udah gitu doang!? Gak ada yang lain? Pancing  satya agar dapat penjelasan.
“udah emang lo nunggu apa lagi!? Besek? Umpan satya tak mempan cindy malah berkelakar seenaknya. “satya..satya kita itu baru kenal sebulan! Masih banyak cewek yang lebih baik dari gue. Sambungnya berikut seulas senyum meremehkan. Satya tak mendebat perkataan itu, ia hanya mampu tatapi wajah cindy lekat-lekat beberapa saat sambil merenung. apa yang dipikirkannya adalah hal-hal kecil mengenai satu kesimpulan akan diri cindy. Setelah menarik nafas satya pun pamit undur diri, tanpa banyak berkata-kata lagi.
            Derit gerbang berkarat memberikan isyarat bahwa pencarian satya mencari secercah cahaya cinta tak membuahkan hasil sempurna. Si pria muda melangkah menyusuri gang dengan lapang dada. Selubung yang ketiga perempuan tadi ciptakan dilupakannya untuk sementara, meski rahasia itu sengaja ditutupi oleh mereka. Di depan halte bus yang lenggang dengan pencahayaan kurang, satya menghentikan langkahnya. Ia langsung mencari tempat yang kosong agak kepojok disisi dua ibu-ibu yang sedang mengobrol. Ingin sekali satya merenung mencermati kembali semuanya, tapi kini pikirannya sudah letih dan sulit untuk fokus. Ia duduk sambil mengaitkan jari-jemari tangannya, bus yang ditunggu belum datang saat sosok perempuan muda berponi mendekat dari arah gang yang barusan satya lewati.
“lo mau balik juga!? Ungkap satya ketika perempuan muda berponi itu telah duduk disampingnya. Lila tidak langsung menjawab kalimat Tanya dari satya, ada segaris keraguan dalam matanya. Kemudian ia pun berkata dengan pelan, “iya, gue mau balik juga. Satya menatapi gadis disampingnya penuh perhatian seakan membiarkan lila untuk mengeluarkan apa yang ingin diungkapkannya. “maaf, ya buat masalah yang tadi. Bisik lila ragu.
“gak masalah. Timpal satya enteng. Sementara satya menampakan ketenangan yang konstan, lila malah terlihat agak canggung dan gadis itu pun kembali berkata secara tiba-tiba bersama intonasi yang rada meninggi,
“gue tau, ini gak pantes buat diceritain ke lo. Tapi karena mereka temen gue maka gue harus cerita ini ke lo! Gue sebenernya udah lama nutupin semuanya, meski gue tau itu salah. Nah sekarang gue bakalan ungkap siapa mereka sebenernya ke lo, tya. Karena gue rasa elo itu memang harus tau kebenerannya! Satya tak bergeming tatapannya hanya terpaku pada wajah manja si gadis dan mendengarkan. “lo tau situs RealAVA yang ada ditwitter? Mereka berdua berasal dari sana. Sambung lila yang langsung terdiam sejenak menunggu respon dari pemuda dihadapannya.
“maksudnya? Jawab satya hampir terdengar seperti bergumam.
“me..reka itu cewek bookingan. Sahut lila dengan getir.

Hal yang ditakutkan satya kini menjadi kenyataan, pesona indah kota besar yang terpampang bias modernitas seakan siap merenggut siapa saja yang terlena akan gemerlapannya. Satya mematung tanpa suara wajahnya datar tatapi lila. Bus kota yang ditunggu tiba, teriak lantang kondektur membuyurkan asa. Seperti telah direncanakan tuhan lila menarik lengan satya dengan lembut untuk bangkit menuju bus yang akan segera berangkat. Ada senyum manis yang secara tiba-tiba berkembang diwajah perempuan muda itu.

Satya Bukan Satria Berkuda 4.5 5 Dansde 10 Januari 2014              Matahari kembali datang sinarnya terlihat agak samar memasuki jendela kamar, karena terhalang gorden kumal yang hanya dicuci j...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang bijak selalu meninggalkan jejak dengan berkomentar.
REGARDS

Terima Kasih Telah Datang

J-Theme