• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Gemerincing Keemasan

 on 30 November 2013  


          Mungkin pagi ini matahari bersinar terlalu terik malahan saking teriknya, bayak orang yang mengutuk dengan kata pengap. Terdengar dengan jelas suara fasih pengantin pria mentasbihkan kata per kata ucapan ijab kobul tanpa cela, seperti air dipadang tandus suara tesebut bila dapat diibaratkan.
Telinga ku yang berada disamping kepala pun dapat mendengar dengan baik ijab kobul barusan. Bagaimana tidak karena nada yang keluar melalui pengeras suara mesjid itu lebih dari cukup mengumandangkan hal tersebut, sampai-sampai kuping orang-orang diluar mesjid pun dapat mendengarnya dengan baik. Dibagian dalam mesjid yang memang menjadi tempat berlangsungnya acara seserahan dan akad nikah telah dipenuhi oleh sanak famili dari kedua belah keluarga yang berhajat, para tetangga dekat pun juga tak luput untuk ambil bagian. Mereka para tetangga datang secara diminta oleh keluarga mempelai. ‘’ gengsi lah kalo yang punya rumah gak ngasih amanat buat kita dateng. Terus kita tiba-tiba nimbrung aja gitu diacara hajatan orang!? Emhh, gak deh ya kalo saya sih!. Imbuh beberapa ibu di pelataran mesjid, yang tak sengaja ku dengar  sesaat sebelum aku masuk kedalam sini beberapa waktu yang lalu.

         Aku lirik jam tangan, belum sampai jam sepuluh lebih ijab kobul pun telah selesai dilaksanakan banyak dari para hadirin yang datang mengucap hamdalah ketika prosesi ijab kobul usai. Tetapi segelintir kecil manusia berpenampilan semi casual memakai kemeja kotak-kotak berwarna muram nampak antusias menepukan kedua tangan mereka dengan irama pasti, bagaikan hal yang mereka lakukan tersebut sangat mencolok alhasil banyak pasang mata menatap mereka dengan pandangan skeptis. Aku sempat tersenyum sinis melihat hal itu terjadi, kemudian seorang bapak yang mengenakan kemeja batik berbisik ke seorang bapak lainnya yang berada disebelah kanan ku.
‘’ itu orang gak punya etika apa ya!? Didalam mesjid ko’ tepuk tangan!
‘’ mungkin gak ngerti agama kali pak? Atau kebiasaan mengucap hamdalah setiap habis melakukan perbuatan baik dalam agama kita telah mereka ganti pake tepuk tangan ‘’
“iya, iya. Bisa jadi itu. Kemudian dengan senyun tipis bapak tadi pun menambahkan ucapannya. ‘’ lagaknya doang pake peci sama numbuhin jenggot didagu tapi kelakuanya cuma apriori’’. Dalam bathin aku terkekeh mendengar percakapan kedua bapak tadi.
          Kedua mempelai sekarang telah menandatangani surat nikah dari KUA. Terlihat rona bahagia bercampur ketegangan dari guratan wajah keduanya kala hal itu dilaksanakan.
ketika sekilas seorang ibu dihadapan ku tengah membagikan snack makanan sembari membungkuk kepada mereka yang menghadiri prosesi tersebut, aku pun beralih pandangan kearahnya bukan untuk menerima snack yang ia bagikan, melainkan benda keemasan yang bergemerincing ditangannya itu lah yang membuat aku terpaksa menatap. Astaga ucap ku dalam hati disaat proyeksi gelang keemasan itu makin jelas nampak, seiiring mendekatnya sosok ibu itu kearah ku. belum lagi suara bergemerincing yang ditimbulkan akibat beradunya gelang tersebut  dengan gelang-gelang dibawahnya, tumpukan keemasan itu datang menghampiri ku dengan suaranya yang khas kemudian tumpukan tersebut pun menjulurkan sebuah box karton yang kemudian ku terima. Setelahnya suara gemerincing itu perlahan menjauh karena sosok ibu yang terakhir aku tahu bergelar Hajjah berlalu dari hadapanku.
          Mentari makin meninggi di atas awan, acara yang sakral itu usai dengan diiringi pembacaan ayat-ayat suci. kedua mempelai terlihat berjalan bersama keluar mesjid. para hadirin pun mengikuti sembari membawa seserahan yang memang jadi tradisi. Sayup-sayup suara pengeras suara mesjid menghilang di udara. Kemudian iring-iringan itu pun menuju kediaman mempelai wanita yang mana nanti akan menjadi tempat acara selanjutnya.
tetarup atau yang akrab disebut tenda pelaminan rupanya cukup dapat melindungi para tetamu dari sengatan mentari, ketika prosesi tersebut telah berpindah ke teras rumah mempelai wanita. Aku sesapakan asap rokok dalam mulut, tak lupa ku hembuskan dengan pasti asapnya keluar dari kedua lubang hidung ku. Dari sebrang teras rumah bertenda violet aku melihat beberapa wanita yang akan menjadi pager ayu telah selasai bersolek dan berganti kostum. ada satu sosok diantara mereka yang menyita perhatian ku, sosok tersebut berparas sederhana namun tetap memikat seperti perpaduan Dewi Athena dan Dewi Aprodithe.
matanya nyalang terlihat sibuk mencari sesuatu kesegala penjuru, tak lama sang Dewi pun menghampiri ku.
“ ngeroko mulu ikh! Serunya dengan sedikit manja.
“ baru juga sebatang.
“ kamu sarapan dulu gih sana!
“ iya nanti, tanggung nih tinggal setengah.
“ yaudah nanti kalo mau makan langsung aja ambil ya! Aku mau siap-siap dulu nerima tamu.
“ udah sana kamu siap-siap dulu, nanti habis ngeroko aku langsung makan.
“ yaudah kamu jangan kemana-mana! Katanya dengan ketus.
siapa yang mau kemana-mana sih sayang ? pungkas ku dengan segaris senyum.
kemudian sosok perempuan yang hampir dua tahun ini menjadi sumber inspirasi ku perlahan berpaling menuju teras rumah bertenda violet tadi. Kembali kusesapkan asap rokok kedalam mulut beberapa kali sebelum aku campakan puntungan itu diatas aspal. Dan sekarang aku rasa waktu yang tepat untuk sarapan.

Gemerincing Keemasan 4.5 5 Dansde 30 November 2013            Mungkin pagi ini matahari bersinar terlalu terik malahan saking teriknya, bayak orang yang mengutuk dengan kata pengap. Terde...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang bijak selalu meninggalkan jejak dengan berkomentar.
REGARDS

Terima Kasih Telah Datang

J-Theme